Selasa, 11 Mei 2010

Cinta dan Dengki

Cinta dan dengki seolah terbalik dan berjauhan. Mungkin banyak pula yang mengatakan kedua hal ini tak akan pernah sejalan. Padahal —menurut saya— dua rasa ini sedekat sahabat. Berdampingan setipis kertas A4 50gram. Pernah saya mendengar tentang makna cinta, kurang lebih begini bunyinya, “rasa saat mengendarai motor di tepi pantai pagi hari, saat memandang matahari terbit dari ujung cakrawala, saat menikmati makanan lezat, saat melihat film yang sangat menarik, dan kau ingin berbagi semua kejadian-kejadian itu dengan kekasihmu, yang dijadikan satu dalam kata cinta.” Semua rasa yang sangat menggetarkan perasaan itu dijadikan satu, bahkan kau bisa berbagi dengan orang yang kau panggil kekasih. Sungguh tak terkatakan. Dunia dikatakan milik berdua (yang lainnya hanya kontrak sewa). Itu saat kau masih kekasihnya.
Keesokan harinya kau berpisah dengannya. Alasan? Tidak ada. Hanya ingin berpisah, itu saja. Lusanya kau tahu dia telah berkekasih lagi. Kau, ditipu. Dengki menjadi dirimu. Cinta tadi telah pensiun. Dengki kini naik pangkat. Nyanyikanlah D’Clara – Benci Cintamu.
Lihat setipis kertas itu? Benar, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar